Latest News

PULAU PERASAAN

Posted by Lentera on Senin, 07 Maret 2011 , under | komentar (0)



Di sebuah negeri antah barantah terdapat sebuah pulau yang disebut pulau perasaan. Seperti namanya di pulau itu hidup bermacam-macam perasaan, karakter, sifat dan sebagainya. Di tanah itu tinggal si senang, si sedih, si kaya, si miskin dan bermacam perasaan lainnya. Di pulau itu pula hidup sang cinta, karakter utama dalam cerita ini. Semua penduduk lahan tersebut hidup dengan damai, mereka saling membantu satu sama lain. Jika ada yang sedih “sang senang” akan datang menghiburnya, jika ada yang butuh bantuan “sang kaya” tidak akan segan-segan mengulurkan tangan, dan jika ada yang tertimpa musibah maka “sang cinta” akan setia menemani. Kehidupan mereka sangat harmonis seperti rangkaian mozaik yang saling melengkapi dan menyusunnya dengan indah.

Sampai suatu hari musibah datang menyapa kehidupan mereka, sekaligus menguji kekuatan pertalian persahabatan yang mereka jalin. Tiba-tiba air pasang dengan cepat menenggelamkan pulau tersebut, semua penduduk berlarian panik menyelamatkan diri, termasuk sang cinta. Dengan terseok-seok sang cinta membawa tubuhnya mencoba melawan arus yang sesekali menghempas tubuhnya. Saat air sudah setinggi lutut, sang cinta melihat sebuah kapal indah yang mendekat dan ternyata dikemudikan sahabatnya si kaya.
“Sahabatku kaya, bolehkan aku menumpang di kapalmu?” Pinta sang cinta
“Cinta.. engkau bisa lihat, kapalku sudah penuh oleh barang kekayaanku, hampir tidak tersisa ruangan lagi. Aku takut jika memaksakanmu naik maka akan membuat kapal ini tidak stabil dan tenggelam, maaf cinta aku tidak bisa membawamu” jawab si kaya dingin
Jawaban si kaya tadi terdengar sebagai sebuah petir yang langsung menghujam ke dalam hati sang cinta.
”Inikah sifat asli si kaya? Bukankah ia suka menolong? Aku ini sahabatnya, dan sekarang Aku butuh pertolongan..” demikian pertanyaan yang menggelayut di pikiran sang cinta, tanpa sadar si kaya pun berlalu dari hadapannya .

Air mulai setinggi pinggang saat cinta terhentak dihempas ombak yang hampir merobohkannya, dengan segala upaya cinta masih berusaha menyelamatklan diri. Harapannya kembali muncul ketika ia melihat seseorang mengayuh perahu dengan pelan. Si sedih.. ya itu si sedih. Dengan sekuat tenaga sang cinta berupaya mencapai perahu tadi. Sang cinta kemudian berkata
“ijinkanlah aku ikut denganmu”
“Cinta sahabatku.. aku baru saja kehilangan semua anggota keluargaku, semua itu membuat saya sedih, jauh melebihi kesedihanku selama ini. Untuk saat ini saya ingin sendiri” jawab si sedih lirih
“Bukan Cuma kamu yang kehilangan..!!! aku dan semua orang di pulau ini merasakan hal sama, kenapa engkau begitu egois !!!” pekik sang cinta marah
“Maaf cinta, saat ini aku ingin sendiri” kembali sedih mengulangi pernyataannya.
Jawaban terakhir sedih tadi benar-benar seperti palu yang dihantamkan ke dada cinta, menghancurkan segala harapannya, si sedih kemudian berlalu dari hadapannya.

Cinta tak lagi berusaha menyelamatkan diri meski air sudah setinggi lehernya. Arus semakin kuat mempermainkannya dan menghempaskannya ke sebuah sampan, sampan milik si miskin.
“sahabatku..., engkaulah harapan terakhir ku, bawalah aku bersamamu” ucap sang cinta memelas
“Cinta sayang, lihat dirimu.. engkau kotor. Meskipun kamu tahu aku miskin tapi aku sangat memperhatikan kebersihan, dan dengan keadaanmu sekarang aku tidak bisa membawamu.” Jawab si miskin
Pupus sudah harapan sang cinta. Hari itu, untuk pertama kalinya cinta menangis, menangisi kemalangan hidupnya. Menangisi betapa bodohnya ia menganggap sahabatnya sehidup semati dengannya. Dan saat ia sadar semua sudah terlambat. Cinta sudah pasrah, lalu ia mencatat dalam hatinya
“hari ini jika aku meninggal, bukanlah air pasang ini yang membunuhku, tapi sahabatku.. ya sahabatku yang kuanggap seperti saudara, yang semua hal kubagi dengannya, mereka semua menusukku dari belakang, mereka semua meninggalkanku saat aku membutuhkan mereka, dan itu jauh lebih menyakitkan dari banjir ini.”
Arus benar-benar menunjukkan superioritasnya dengan mempermainkan sang cinta lalu perlahan menelan tubuhnya. Sempat sang cinta melihat sahabatnya terbaiknya si senang namun agaknya si senang terlalu senang karena baru saja mendapatkan rakit untuk menyelamatkan diri, sehingga tak lagi mendengar teriakan kecil sang cinta.

Sang cinta mulai tenggelam membawa perasaan sakit hatinya, hancur bersama mimpinya saat sebuah tangan menariknya lalu berkata
“Cinta.. ikutlah bersamaku” orang itu menarik cinta ke dalam sampannya
Cinta masih melayang antara sadar dan tidak, perasaan dikhianatinya masih sangat kuat ia sudah tidak peduli dengan yang terjadi. Perlahan ia memperhatikan muka orang yang di depannya lalu pingsan tak sadarkan diri.

Beberapa saat kemudian sang cinta terbangun diatas ranjang dengan seprei putih Di sebuah kamar sederhana. Kepalanya masih sakit ia duduk sejenak mengambil nafas dan mengumpulkan kembali ingatannya. Ia teringat masa indah dengan sahabatnya, lalu air tiba-tiba meninggi, lantas ia tenggelam. Tapi sebuah tangan menariknya, siapa dia? Dia berusaha mengingat wajahnya, seorang kakek. Lalu bergegas cinta bangkit dari tempat tidurnya berlari mencari orang yang menyelamatkannya.

Cinta mendapati sepasang kakek-nenek di beranda rumah itu. Dia menatap lekat wajah kakek itu,
“bukan kakek ini yang menyelamatkanku” gumamnya.
“kamu sudah bangun nak” sapa nenek itu arif
“Silahkan duduk nak” sang kakek melanjutkan
Cinta lalu duduk kemudian bertanya
“Aku dimana nek dan kalian siapa?”
“Kamu di rumah kami nak, saya nenek arif dan ini suami saya kakek bijaksana” jawab sang nenek
“siapa yang membawa aku kesini?” tanya cinta penasaran
“oh.. dia sahabatku sang waktu, dia meminta kami merawatmu” jawab sang kakek
“dimana sang waktu tinggal kek?” lanjut cinta lagi bersemangat
“Tidak usah kamu cari dia nak, dia petualang, dia datang dan pergi sesukanya”
“Yah.. padahal aku sangat ingin berterima kasih dan bertanya padanya”
“Apa yang ingin kamu tanyakan?” tanya nenek arif
“sahabatku si kaya, si miskin, si senang dan si sedih semauanya tidak ada yang peduli bahkan meninggalkanku, kenapa sang waktu menyelamatkanku? Aku bahkan tidak mengenalnya” jawab cinta
“Anakku cinta” sang kakek membelai rambut cinta lalu menghela nafas panjang
“Kaya dan miskin silih berganti, susah senang pun datang dan pergi. Jika kamu bertanya kenapa sang waktu menyelamatkanmu, itu karena sang waktu ingin kamu menjadi cinta sejati, karena sang waktu lah yang bisa membuktikan cinta sejati yang sesungguhya”...

Diiringi instrumentalia siente me amor, selasai di tamalanrea 080311 pukul 13.38 WITA