Latest News

The way home

Posted by Lentera on Kamis, 11 Maret 2010 , under | komentar (0)



Cerita ini bermula di sebuah pagi yang cerah di musim panas, ketika San-Woo (Yu Seung-ho) dan ibunya mengendarai sebuah bus ke sebuah pedesaan. Hal yang terang kemudian bahwa penumpang desa yang kolot mengganggu sang anak lelaki kota yang berumur tujuh tahun. Sang ibu membawa anaknya untuk dititpkan sementara dengan seorang neneknya (Kim Eul-boon) yang bisu namun tidak tuli yang berusia 78 tahun sementara ia mencari pekerjaan baru setelah usahanya gagal di Seoul. Akhirnya mereka sampai di tujuan, bus yang berdebu akhirnya berhenti di daerah luar kota Korea dekat sebuah desa pedalaman.

Sang-Woo tidak ada niat untuk menghormati neneknya yang bisu terutama karena rumahnya tidak ada listrik dan air ledeng. Ibunya minta maaf karena menitipkan anaknya, kemudian berkata kepada sang nenek yang sebenarnya adalah ibunya sendiri bahwa ia tidak bisa berlama-lama dan akan segera pergi begitu bus berikutnya datang. Sang-Woo yang sendiri kemudian mengabaikan neneknya, tidak ingin memperhatikannya bahkan memanggil neneknya dengan sebutan “lambat”.

Hari-hari selanjutnya Sang-woo hanya menghadirkan mimpi buruk dan membuat susah nenek, tidak mau makan masakan neneknya dan hanya sibuk dengan junk food dan mainannya. Karena memainkan game watch-nya terus menerus akhirnya game nya kehabisan baterai, Sang-Woo kemudian merengek dan memaksa neneknya untuk membelikannya yang baru, namun neneknya hanya seorang yang miskin-papa, dengan egois dia mendorong neneknya yang sedang mencuci, membuang sepatu neneknya, memecahkan perabot dan mencoret-coreti dinding gubuk neneknya.

Karena gagal mendapat uang dari neneknya, Sang-Woo mencuri tusuk rambut hiasan milik neneknya untuk ditukar dengan baterai, tapi ketika menemukan toko yang tepat justeru yang terjadi tusuk sanggul itu dipukulkan ke kepalanya dan disuruh pulang karena pemilik toko tersebut adalah teman sang nenek.

Suatu hari Sang-Woo minta Kentucky Fried Chicken, tapi sang nenek hanya mengerti “Chicken”. Dengan berhujan-hujan sang nenek menjual dagangannya untuk membeli ayam yang kemudian ia bawa pulang kemudian memasaknya bukan menggorengnya, ketika sang-woo terbangun dan dia lihat ayamnya dimasak, dia marah dan melempar makanan itu, walaupun akhirnya ia memakannya karena ia lapar terbangun di tengah malam. Paginya sang nenek sakit dan Sang-Woo panik, dia berusaha menghidangkan sisa makanan yang ia makan sambil merawat neneknya .

Dengan segala keterbatasannya karena menderita osteoporosis, Cuma satu hal yang sang nenek minta dari sang-woo, yaitu memasukkan benang ke jarum yang ia pakai buat menjahit sepatunya.

Sang-woo masih tetap marah dan bosan dengan lingkungan barunya yang tidak familiar, dan tetap menolak setiap usaha neneknya untuk mengasihinya. Namun perlahan mulai tumbuh iba di hatinya dikarenakan suatu hari Sang-woo melihat betapa kerasnya usaha sang nenek untuk membujuk pemblei agar membeli sayurannya, setelah sekian lama di pasar sang nenek mengajak sang woo makan mie dan membelikannya sepatu baru. Ketika di bus sang woo minta dibelikan Choco Pie.

Ketika sang nenek kembali dari warung memebli choco pie, sang-woo bilang ia mau naik bis sendiri karena gadis yang ia suka di bus bersamanya. Sang nenek berusaha menaikkan sisa dagangannya ke bus namun Sang-woo terus menolaknya. Lalu kemudian bus pergi. Sang-woo harus menunggu lama dan bertanya-tanya kenapa sang nenek tak kunjung tiba sampai akhirnya ia menyadari bahwa pulang dari kota membawa semua dagangannya dengan berjalan kaki.

Akhirnya sang woo mulai mencintai sang nenek, namun karean sang nenek buta aksara, sang woo mengajari sang nenek menulis. Sang-woo memohon sambil menangis kepada sang nenek untuk berusaha belajar menulis kata “Saya sakit” atau “saya merindukanmu” bahkan ia berkata jika pun seandainya ia tak dapat menulis sang nenek hanya butuh mengirim sebuah surat kosong dian ia akan tahu itu dari sang nenek kemudian ia kan berusah dating secepatnya. Akhirnya sang-woo dijemput ibunya untuk kembali ke Seoul. Perasaan terdalamnya akhirnya dia ungkapkan ketika bus yang membawanya beranjak pergi kemudian melangkah ke jendela belakang bus lalu melaimbaikan perpisahan yang menyedihkan baginya. Film ini ditutup dengan sang nenek terus tinggal sendiri di gubuknya ditemani surat cinta dari cucunya.

Sebelum berakhir, film ini memberikan catatan bahwa film ini dipersembahkan untuk seluruh nenek di dunia.

Belajar dari dua lelaki

Posted by Lentera on , under | komentar (0)



Lelaki pertama Garis tua tampak terukir jelas di muka lelaki itu, rambutnya berlomba memutih dan menipis, tampak jelas meski ia menutupinya dengan kopiah yang juga sudah menguning dimakan usia. Masih tampak sisa bidang bahu serta kekar badannya.

Lelaki itu sangat menyayangi cucunya, hal yang pertama dia ajari ketika cucunya belajar berjalan adalah berjalan ke mesjid, hal pertama yang dia ajari ketika cucunya belajar berlari adalah berlari menyambut azan. Selalu meminta cucunya mengumandangkan azan meski cadelnya minta ampun karena belum fasih mengucapkan huruf “R”, jadinya azan yang seharusnya terdengar syahdu malah kedengaran lucu. Tapi tidak ada yang berani komplain, karena lelaki tua itu adalah imam mesjid dan tokoh masyarakat yang dihormati. Selepas salam cucunya selalu bermanja-manja di pangkuan hangat sang kakek, kemudian lelaki itu akan membelai dan mengecup kening cucunya penuh cinta. Hal yang paling cucunya ingat dari kata-katanya ketika berantem dengan adek yang perempuannya adalah “Nak, kamu harus bisa mengalah pada perempuan” ucapnya bijaksana

Lelaki kedua Perawakannya putih tinggi besar, kumis, cambang dan janggut semakin menegaskan kelaki-lakiannya, orang terkadang menebak dia blasteran Manado- timur tengah, padahal keturunan Makassar tulen. Pembawaannya tegas, penampilannya berwibawa, orang akan mendengar apa yang ia katakan karena dia seorang muballigh dengan kualitas vokal mumpuni, pidatonya sarat muatan sastra, pemilihan katanya sempurna. Kami semua menyayanginya tapi penciptanya lebih menyayanginya, terlalu cepat memanggilnya kembali karena tak ingin hambanya dikotori oleh dosa. Suatu ketika anaknya berkelahi dan orang tua lawannya ikut-ikutan membantu, sang anak pulang menangis dan mengadu pada lelaki tersebut, sang ayah mengelus kepala anaknya lembut lalu berkata “ kami tidak akan mencampuri urusanmu seperti orang tua lain, kamu harus belajar menyelesaikan masalahmu sendiri” anak itu tertegun tidak percaya yang dikatakan ayahnya, “kenapa ayahku tidak seperti orang tua lain yang membela anaknya” gumamnya “ayah tidak sayang padaku” anak itu lalu berlari menangis ke pangkuan ibunya. Lelaki mengajari anaknya memikul tanggung jawab sejak kecil.

Lelaki pertama itu adalah kakekku dan yang kedua adalah ayahku. Mereka berdua telah tiada namun ajarannya akan selalu hidup. I Love You GranPa, I love You Pa, You’ll always live in my heart….

Tamalanrea 100310

Fly me to polaris

Posted by Lentera on , under | komentar (0)



Lagi asik-asik surfing di indowebster nyari-nyari film tiba-tiba ingat sebuah film lama, pas ketik di search enginenya eh ada, cihuiiii. Langsung aja download jadinya



Fly me to polaris, sebuah film drama Hongkong yang bercerita tentang seorang Onion yang buta dan bisu dengan Autumn sebagai perawatnya. Latar belakang cerita ini adalah sebuah rumah sakit dimana Onion adalah Pasien dan Autumn adalah perawatnya, mereka sangat akrab, Onion senang karena ada yang peduli dan memperhatikannya sedangkan Autumn gembira karena ada yang selalu bersedia menjadi tempat keluh-kesahnya, hal yang kemudian mereka tidak sadari bahwa mereka saling membutuhkan dan menyukai satu sama lain. Perasaan itu justru muncul ketika Onion sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan.

Dalam perjalanan menuju Polaris (surga, red) ternyata Onion mendapat jackpot karena menempati antrian ke 10 milyar, dan setiap jiwa yang mendapat jackpot akan dikirim kembali ke bumi selama 5 hari dengan jiwa yang sama namun beda fisik dengan kata lain seseorang tak akan mengenalinya dan ia tidak dapatmengungkapkan identitas aslinya meski berusaha untuk itu.

Onion kembali ke rumah sakit tersebut mengulangi semua nostalgia, melihat semua lekuk rumah sakit yang selama ini hanya bisa ia raba, menyapa seluruh penghuni rumah sakit yang selama ini hanya bisa ia kenali lewat aromanya namun sesuai perjanjian dengan malaikat sebelumnya karena ia menggunakan raga yang berbeda maka tak seorang pun yang mengenalinya.

Onion lalu menyamar sebagai Cheuk, pegawai asuransi agar bisa menemui Autumn. Dengan segala upaya ia berusaha meyakinkan Autumn bahwa ia adalah Onion, namun setiap akan mengungkapkan jati dirinya ia selalu kejang seperti orang yang menderita epilepsy. sampai menulis surat dan membuat rekaman tape, namun ternyata tulisannya terhapus dan rekamannya kosong, hal lainyang mempersulitnya adalah Dr Woo yang selama ini memberinya therapy menjadi saingannya dalam merebut hati Autumn.

Di hari terakhir Onion di bumi autumn baru menyadari bahwa ia merasakan Onion kembali dikarenakan hal-hal janggal yang dialaminya akhir-akhir ini, puncaknya ketika Autumn mendengar bunyi Saxophone seperti yang biasa ia dengar, namun yang didapatinya adalah Dr Woo yang memainkan Saxophone tsb. Sampai akhirnya Dr Woo berterus terang bahwa bukan dia yang memainkan alat tersebut tapi cheuk. Malang bagi Onion, bahwa malam itu adalah malam terakhirnya di bumi dan begitu meteor muncul ia akan terbang kembali ke Polaris. FLY ME TO POLARIS

Aku, kamu dan kita

Posted by Lentera on Rabu, 03 Maret 2010 , under | komentar (0)



Pusing banget… sudah tiga kali saya ulangi video yang saya buat masih aja ada masalah. Mulai dari komputernya sering hang, jenis extensi filenya ngga terbaca, sampai programnya ngadat dan mesti install ulang. Tapi akhirnya setelah menggabungkan tiga program plus mencobanya di tiga computer selama tiga kali 24 jam (lebay deh kayaknya…ngga papa biar lebih dramatis he.he..) akhirnya filenya siap di render, dan rendernya lamaaaa……. Banget, uhuk..uhuk (batuk karena terlalu lebar buka mulut ngucapin “A”). daripada mati bosan nunggu filenya yang selesai entah kapan iseng-iseng buka file computer aswadi (sory aswadi, boring banget soalnya… piss) eh ternyata ada folder film, Hmm boleh juga nih sambil nunggu nonton film. Baru buka foldernya ada tulisan “U ME AUR HUM.flv” film apaan nih?? Ini plesetan bahasa inggris kali “YOU ME OUR HOME” tapi kok grammarnya hancur gini yak? Klik kanan trus open…. Ternyata… ternyata…. FILM INDIA?? Gosh.. masa udah boring kayak gini ditambah nonton film india lagi apa kata dunia??. Seumur umur saya Cuma nonton film india Kuch-kuch hota hai itupun kepaksa, sebenarnya mau nonton liga inggris tapi kalah voting sama ibu, kakak n adek, tapi sebenarnya saya juga penasaran karena disekolah waktu SMA pernah cewek-cewek mulai dari kelas 3 sampai kelas satu duduk manis nonton bareng, padahal biasanya mereka rival, ada apa ya? Oh.. ternyata mereka pada nonton Kuch-kuch hota hai.

Eh tapi ternyata ceritanya bagus lho, gini deh saya ceritakan.

Di suatu pagi yang cerah, seorang pria bernama Ajay menasehati putranya untuk berani mengejar wanita yang disukai. Siapa sangka, sang putra malah menantang balik supaya Ajay juga berani melakukan hal yang sama.

Ajay lalu mendekati sebuha meja dimana seorang perempuan seumurnya duduk, dengan segala gombal dan rayuan agar perempuan itu mau duduk dengannnya, akhirnya perempuan itu bersedia duduk dengannya untuk mendengarkan ajay bercerita. Dan cerita film ini baru saja dimulai… Cerita mundur ke 25 tahun silam, ketika Ajay muda tengah bertamasya bersama empat orang sahabatnya : suami-istri yang tidak bahagia Nikhil dan Reena serta pasangan yang tidak menikah namun selalu bahagia Vicky dan Natasha. Dalam perjalanan tersebut, Ajay bertemu dan jatuh cinta pada gadis cantik bernama Piya. Meski mendapat penolakan, Ajay tidak menyerah dan mencoba dengan segala cara untuk memenangkan hati Priya. Belakangan, pemuda itu mendapat info kalau gadis yang dicintainya sangat ingin belajar dansa.

Taktik Ajay berhasil, Priya akhirnya menerima cinta pemuda itu. Namun tidak lama kemudian, Priya berbalik marah saat mengetahui kalau Ajay telah mengintip buku hariannya sehingga bisa tahu kalau gadis itu ingin belajar dansa. Sebelum keduanya kembali dari liburan, Ajay meninggalkan nomor teleponnya sambil berharap Priya mau menerimanya kembali. Tidak cuma itu, Ajay juga melakukan banyak hal yang tidak disukainya hanya demi memenangkan kembali hati Priya.

Semua pengorbanan Ajay tidak sia-sia, pemuda itu akhirnya bisa menikah dengan Priya. Ajay dan Piya saling mencintai satu sama lain, dan mereka segera memulai daftar keinginan, yang mereka tulis di dinding kamar tidur mereka. Yang pertama ingin adalah pergi berlibur dengan kapal pesiar 25 tahun mereka. Tapi setelah beberapa bulan semua berubah ketika Piya pergi keluar untuk berbelanja, tapi lupa segala sesuatu, termasuk di mana dia tinggal. Ketika ia menjerit minta tolong di tengah jalan di tengah hujan, Ajay menemukan dirinya dan mengatakan kepadanya rumah mereka berada tepat di depannya. Mereka pergi ke dokter dan mengetahui Piya menderita ALZHEIMER !!! sebuah penyakit yang Ajay tahu artinya, karena ajay adalah seorang psikiater, Alzheimer adalah suatu keadaan dimana Hipokampus (pusat memori dan navigasi ruangan) bermasalah, ingatan seseorang bisa merosot tajam dan yang terparah hingga pengidapnya tidak mampu mengurus diri sendiri. Sebuah kenyataan yang sulit bagi ajay, akrena hasil CT Scan menunjukkan hipokampus Piya menyusut. Perlahan piya mulai lupa alamatnya, lupa nomer HPnya, lupa nama suaminya dan lupa segalanya, kadang suatu dari dia terlihat sehat wal afiat tapi esok hari bahkan tidak tahu kapan tanggal lahirnya.

Masalah tidak berhenti disitu saja, piya ternyata hamil. Namun kabar bahagia yang seharusnya diterima ajay justeru berubah jadi malapetaka, karena kehamilan bisa menjadi katalisator bagi penyakit istrinya. Ajay berada dalam sebuah dilema, melanjutkan kehamilan istrinya atau menggugurkannya… selain dampak buruk kehamilan bagi alzhaimer, juga efek samping pengobatan Piya terhadap kehamilnnya juga terlalu besar. Namun piya bersikeras tidak ingin aborsi. Jadi, sementara Piya hamil, Ajay harus terus menutup mata pada dirinya atau lain Piya bisa menyakiti bayi. Dengan berjalannya waktu, bayi lahir, dan kondisi Piya memburuk, dia bahkan hampir membunuh anaknya hanya karena lupa dan meninggalkannya di kamar mandi. Kembali ajay dihadapkan pada buah simalakama Akhirnya, Ajay tidak memiliki pilihan lain kecuali untuk meletakkan Piya di rumah sakit jiwa untuk dirawat. Ajay terluka, tetapi ia tidak tahu apa yang harus dilakukan.. Sebuah komitmen yang dibangun berlandaskan cinta tidak akan dilanggar. Tapi kalau dalam keadaan seperti itu apa yang bisa dilakukan Suami yang sayang terhadap istrinya yang menderita penyakit langka tersebut?

Tiap hari ajay berkunjung ke rumah sakit hanya untuk mengatakan “I LOVE YOU” pada istrinya, hingga suatu hari di ulang tahun pertama anaknya tiba-tiba semua memori Piya kembali dan berteriak-teriak memanggil sumainya dan minta pulang, tapi ajay membiarkannya disana karena berpikir itu hanya reaksi sesaat. Pulang dari rumah sakit ajay melapiaskannya di bar, entah dia mabuk atau memang nurani kecilnya yang bicara, di bar di bercerita betapa dia kesusahan harus setiap hari mengurusi istrinya dan betapa berbahanya meninggalkan anak dengan istrinya. Namun di luar batin ajay hancur berkeping-keping, dia menangis sangat rapuh. Namun akhirnya ia membuat keputusan penting, bukan karena istrinya membutuhkan dia namun karena ia butuh istrinya, apapun resikonya.

Dan tahukah anda? Wanita yang ditemani cerita oleh seorang bapak yang bertaruh dengan anaknya adalah Piya, dan hari itu adalah 25 tahun pernikahannya dan mereka sedang berbincang-bincang diatas kapal. Ajay menepati janjinya untuk membawa istrinya berlayar di 25 tahun pernikahannya…

PSM Vs MU

Posted by Lentera on Selasa, 02 Maret 2010 , under | komentar (0)



Ribuan massa berdesak-desakan di gerbang masuk stadion, aksi dorong pun tak terelakkan, polisi kelabakan mengatur antrian pennonton dan meminta agar lebih bersabar, dengan penuh perjuangan akhirnya saya bisa bernafas lega masuk ke area tribun meski harus berdiri karena tak kebagian tempat. Terasa aliran energy yang begitu dahsyat, ribuan supporter memerahkan Mattoanging, mercon merah terbakar ke udara, yel-tel The Macz Man semakin membuat riuh suasana, sebuah spanduk membentang panjang dengan tulisan “SELAMAT DATANG DI STADION NERAKA”. Pengalamanku hari ini adalah pengalaman pertamaku menginjak stadion kebanggaan Sulawesi Selatan, dan pasukan ramang yang begitu dipuja para pendukungnya akan turun ke arena menghadapi rival abadinya sejak era perserikatan PERSEBAYA SURABAYA, itulah kenapa animo penonton sangat besar hari ini, tak ada ruang tersisa di tribun terbuka, selain faktor bahwa laskar ayam jantan baru saja memetik poin empat dari turnya ke papua, seri lawan PERSIWA dan menang atas PERSIPURA, ditambah rasa penasaran para penonton ingin menyaksikan trio latin PSM yang baru, Jorge Toledo, Oscar Aravena dan Christian Gonzales. Psywar yang dilancarkan kubu tuan rumah akan menghancurkan mental yang tak tahan tekanan dan hal itu terbukti ampuh, tarian sang jenderal lapangan Toledo didukung dua midfielder nasional Syamsul Haeruddin dan Ponaryo Astaman yang kala itu masih berambut gondrong, memanjakan dua predator ganas Oscar dan El loco Gonzales. Malam itu Laskar bajul ijo bertekuk lutut dengan tiga gol tanpa balas, dua dari Oscar dan satu dari El loco. Gegap gempita stadion membahana, bahkan salah seorang supporter berseloroh, “Jangan kata persebaya, AC Milan atau Manchester United pun yang datang kesini akan pulang dengan tangan hampa” sebuah pertanyaan hiperbolis, namun harus diakui malam itu permainan PSM sangat indah dan menjadi hiburan bagi penggemarnya.

Namun itu cerita lalu, sekarang begitu gampangnya tim tamu mencuri poin bahkan mempecundangi PSM di depan pendukung fanatiknya, stadion tak lagi angker, Mattoanging tak lagi bertuah. Nama besar PSM bukan lagi magnet bagi pemain untuk datang merumput ke Makassar, Pasukan ramang pun tak diperhitungkan lagi masuk bursa juara. Niat baik pengelola untuk membina pemain muda lokal patut diapresiasi, namun kesalahannya adalah pengelola lupa pepatah sepakbola yang mengatakan tidak ada tim juara dengan kumpulan besi tua, juga tak ada tim juara dengan materi anak kemarin sore, jika pengelola ingin mencontoh The Red Devils, maka Sir Alex menggabungkan antara pemain senior dan pemain muda.

Pengelola tak sepenuhnya salah, para pemain pun harusnya tahu diri, tiap musim meminta kenaikan gaji di lain sisi tak kunjung memberikan prestasi padahal dari APBD mendapat gaji, setali tiga uang dengan supporter yang perfeksionis selalu meminta tim bermain baik dan meminta hasil sempurna, namun jika bermain jelek hanya cemooh yang didapatkan di stadion, belum lagi masuk stadion tanpa membayar, hanya dengan modal sabuk karate dan sedikit nyali memanjat tembok stadion lalu bisa menikmati pertandingan walau sambil berdiri.

Permasalahan PSM hanyalah sekelumit dari permasalahan sepakbola nasional, dengan indahnya kita menikmati Liga Primera Spanyol, persaingan ketat Premier League Inggris serta tensi tinggi Serie A Italia. Kesemuanya itu karena sepakbola disana telah menjadi sebuah industri yang menggiurkan, mugkinkah suatu saat kompetisi kita menjadi seperti itu? Tapi bagaimana mungkin dapat menarik investor kalau setiap pertandingan kita tidak hanya disuguhi sepakbola, tapi juga Tae Kwondo dan tinju, juga tawuran penonton selepas peluit panjang pertandingan.

Ah… tak ada gunanya mengutuki keadaan karena tak akan menyelesaikan persoalan, lebih baik kita introspeksi masing-masing dan tetap berharap bahwa suatu saat tim-tim Indonesia akan dilirik investor yang tidak hanya membuat stadion dengan standar Internasional tapi juga membangun tim tangguh dengan kompetisi sehat yang berujung pada prestasi tim nasional yang membanggakan. Dan aku masih menyimpan sebuah impian, melihat laga antara PSM Vs Manchester United di Final FIFA World Championship. Amin